butuh ribuan jam untuk seorang perempuan menyetujui bahwa ia akan menikah dengan orang lain,
mempunyai kehidupan baru, kebiasaaan baru dan hal-hal baru yang kemungkinan hal lama
ditinggalkan atau terpaksa harus ditinggalkan demi kehidupan barunya ini
tidak mudah bagi seorang perempuan meninggalkan keluarga dan bersama dengan keluarga baru,
belum lagi ada masalah-masalah dalam rumah tangganya
akan ada ribuan jam untuk seorang perempuan memahami pasangannya,
berliter air mata pun terkadang tak menjawab pertanyaan di kepala seorang perempuan
apakah seorang laki-laki memahami bahwa ia akan hidup bersama dengan seseorang yang rencananya akan menghabiskan seumur hidupnya bersama?
apakah seorang laki-laki memahami bahwa ia telah mencuri kehidupan pasangannya demi dirinya?
apakah seorang laki-laki memahami bahwa ia akan merusak bentuk tubuh perempuan apabila ia telah banyak menghadirkan penerus keluarga?
aku tahu, manusia itu pada dasarnya egois, datang karena sepi, meninggalkan karena tak sehati,
menjatuhkan karena terasa terlalu baik di hati, tapi terkadang bersikap egois juga perlu
sebab selalu menuruti keinginan orang lain justru membuat diri sendiri kesusahan,
sebab selalu mengutamakan bahagia orang lain, justru membuat kebahagiaan diri sendiri terhalang
bolehkah sesekali aku egois? karena kalau ada yang selalu mengalah
dan menutup semuanya dengan diam, menurutku itu bukan lagi cinta
berhentilah mengalah, berhentilah memaklumi orang lain dengan cara mengorbankan diri sendiri,
perempuan juga berhak egois, terlebih jika itu untuk kebahagiaannya sendiri
tidak semua rasa nyaman harus jadi milik kita sepenuhnya, memaksakannya adalah suatu egoisme bukan?
kadang tanpa kita sadari, membiarkan hati kita mengalir di air yang tenang dengan sendirinya
adalah pilihan yang tepat
bukan tentang siapa yang salah, tapi tentang siapa yang bisa meredam ego lalu meminta maaf lebih dulu